Senin, 19 April 2010

UNAS MENAKUTKAN

Unas di mata saya adalah hal yang sangat menakutkan.tidak hanya di mata saya tetapi dimata semua orang khususnya murid dan orang tua.

Sabtu, 28 November 2009

Saat Kenyataan di Luar Keinginan

Seringkali kita merasa bahwa hidup ini tidak adil, ketidakadilan ini bermula saat kenyataan yang kita hadapi tidak sesuai dengan keinginan dan harapan kita.

Keinginan lahir dari cita-cita atau bisa juga merupakan rencana hidup kita seperti visi dan misi hidup, dan kenyataan merupakan sesuatu yang kita alami, harus dihadapi, tidak bisa dihindarkan dan diabaikan.

Kenyataan yang pahit , terasa begitu nyata seperti gunung es tatkala kita berada di atas kapal laut yang tak terhindarkan harus menabrak, seberapa piawainya pun sang nakhoda. Dan seseorang merasa hidup ini lebih tidak adil saat ikhtiar dan doa pun sudah dipanjatkan beriringan dengan kepasrahan mendalam.

Kekecewaan bertumpuk-tumpuk, seperti awan kelam yang menggulung tatkala akan hujan deras membawa banjir dan longsor. Sebelum menghadapinya kita sudah takut, karena imajinasi kita tentang kekelaman yang akan dihadapi sudah tertancap dalam pikiran, hari esok rasanya berat, entah kepahitan apa lagi yang akan menjemput jiwa. Dan benarlah saatnya kita begitu rapuh, lemah, terkulai, kesesakan tatkala bangun pagi menjadi rutinnya kehidupan.

Saat-saat seperti itu yang menguatkan kita adalah perkataan Allah SWT dalam Al-Baqarah ayat 216, bahwa sesuatu yang terasa tidak baik atau kita membencinya, bisa jadi itu adalah hal yang baik untuk kita dan sebaliknya bila kita merasa sesuatu itu baik untuk kita bisa jadi amat buruk untuk kita, karena hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui.

Untuk beberapa individu memang hal ini terasa klise, tapi memang setelah dijalani inilah kenyataannya. Kita tidak akan pernah mengetahui sesuatu itu baik atau buruk disaat kita belum melaluinya dan merasakan hikmah atau arti sesungguhnya dari yang kita alami.

Saat sekarang ini akan terasa mudah untuk mengatakan bahwa orang lain tidak akan pernah mengerti apa yang kita rasakan dan mereka hanya bisa memberikan justifikasi terhadap kenyataan pahit hidup yang kita alami, memang lebih mudah untuk menghindari nasihat-nasihat yang terasa menghakimi dibandingkan dengan berkontemplasi atau merenung sejenak apakah memang nasihat itu merupakan solusi untuk masalah kita. Lingkaran setan ini yang terus mengelilingi kita disaat hidup terasa begitu pahit, yaitu kita mendapatkan kenyataan tidak sesuai dengan keinginan/pengharapan lalu dengan mudahnya kita menepis pertolongan orang dan menjauh dari sang Khalik.

Percaya atau tidak, bahwa di hidup ini ada mukjizat, sesuatu yang dikira atau dinalar tidak masuk akal namun terjadi. Terkadang hal ini terjadi di saat kita merasa sudah lelah bergulat dengan hidup, namun kita masih memiliki secercah harapan kepada Allah SWT, disaat kita merasa tidak ada lagi orang yang peduli terhadap kegetiran hidup yang kita alami, namun kita masih bisa bersabar untuk mendapatkan bantuan Allah, La-Haula Walla Quwata Illa Billahil Alliyil Adzim, tiada pertolongan dan daya upaya yang datang selain dari Allah. Kita jangan takut akan suatu masalah tapi kita harus takut jika kita tidak mendapatkan pertolongan dari Allah SWT dalam mengahadapi masalah.

Saat masalah dirasa telah menggunung, dan terlihat seolah tidak mungkin ada jalan keluarnya. Mulai berbaik sangkalah kepada Allah SWT bahwa semua ini diciptakan berpasang-pasangan. Ujung pelangi memiliki ujung pelangi yang lain, embun pagi terasa indah bila dipasangkan dengan pagi hari begitu juga dengan kesedihan dipasangkan dengan kebahagiaan, ini sudah merupakan janji Allah SWT.

Begitu juga dengan masalah, memang Allah pasangkan dengan doa, karena bila ditilik lebih jauh doa itu erat kaitannya dengan sabar dan sholat. Di dalam kesabarannya dalam menghadapi cobaan dan ujian, seseorang selalu memanjatkan doanya kepada Allah SWT. Bentuk doa yang paling hakiki ialah sholat, yang di dalamnya terdapat ribuan bentuk zikir atau mengingat Allah SWT.

Disayangkan banyak orang yang menganggap remeh kekuatan doa, doa itu sangat dahsyat, doa merupakan bentuk kepasrahan diri manusia di hadapanNya, doa merupakan komunikasi langsung yang mendekatkan jarak antara hamba dengan PenciptaNya, doa merupakan bentuk pinta kita terhadap Yang Maha Dipinta.

Manusia seringkali merasa sibuk atau mungkin disibukkan dengan logika berpikir rasionalnya, bahwa doa itu hanya pelengkap dari usaha kita, doa merupakan hal yang tidak masuk di akal bila dilihat dari kemampunannya menyelesaikan masalah.

Bila dihayati doa itu terasa nikmat bila dikemas dengan kepercayaan yang mendalam terhadap kekuatan dari doa, Allah SWT begitu menyukai hambaNya yang berdoa di setiap saat, hanya untuk meminta ditunjukkan bus mana yang seharusnya diambil untuk menghindari macet sampai ke doa pilihan pasangan hidupnya. Karena memang selayaknya itulah posisi pentingnya Allah SWT dalam kehidupan kita.

Setelah tangisan terasa sudah mengering, saat terasa keinginan untuk mengakhiri hidup sudah mengkungkung, ingatlah bahwa daun yang jatuh saja itu atas ijin Allah SWT, apalagi insan manusia yang dijadikanNya khalifah di muka bumi ini, pasti telah diatur skenario hidupnya. Wajar memang bila kesedihan mendera kita yang amat sangat, namun apakah kita pernah meminta untuk”dipeluk”oleh Allah SWT dalam rintihan doa-doa kita, dipeluk oleh lindungan dan pertolonganNya untuk menghindari keputusasaan yang sering menghampiri kita?

Terkadang kita merasa “pelukan” yang berarti dan bisa dirasakan hanya datang dari manusia, sedangkan ”pelukan” yang terasa memeluk kita dari perbuatan keputusasaan, yang begitu tulus dan tidak minta untuk “dipeluk” kembali hanya pelukan dari Allah SWT, dan yang harus kita lakukan untuk mendapatkan pelukan yang tulus dan begitu menghangatkan jiwa, hanyalah memintanya lewat doa-doa dan tangisan rintihan kita memohon pelukanNya, hanya itu...

Semoga secercah pemikiran dan pengalaman di atas bisa menumbuhkan perasaan bahwa kepedihan hidup dialami semua orang, bahwa kita tidak sendirian, kenyataan tidak sesuai dengan keinginan adalah hal yang wajar kita alami, kebersamaan dan berbagi rasa semoga bisa menjadi solusi untuk menghadapi kesedihan, bukan berlarut dengannya.

Optimisme harus kita kobarkan dalam jiwa, yang terkadang meredup oleh kerasnya badai, dan pondasi optimisme itu kita tancapkan pada keyakinan bahwa Allah selalu bersama kita, bantuannya akan selalu datang pada mereka yang meminta.

Rabu, 18 November 2009

Jumat, 06 November 2009

Bagaimana untuk menjadi bahagia


1. Kejar tujuan yang dapat dicapai
2. Senyum yang tulus
3. Berbagi dengan yang lain
4. Bantu tetanggamu
5. Pertahankan semangat jiwa muda
6. Akur dengan yang kaya – miskin, cantik – jelek
7. Tetap tenang di bawah tekanan
8. Cairkan suasana dengan humor
9. Memaafkan yang lain
10. Berteman
11. Bekerja sama untuk menuai hasil yang besar
12. Hargai setiap detik bersama orang yang disayangi
13. Percaya diri tinggi
14. Hormati yang kurang beruntung
15. Sesekali memanjakan diri sendiri
16. Jelajahi dunia maya di kala senggang
17. Ambil resiko yang sudah diperkirakan
18. Pahami bahwa uang bukan segalanya

HORMATI IBUMU

Allah mempunyai maksud tertentu ketika menciptakan manusia, dan maksud tersebut menjadi Tugas bagi setiap Manusia yang dilahirkan di muka bumi. Agar masing-masing manusia dapat menjalankan tugas yang diembannya.
Allah tidak pernah lupa untuk memberikan "fasilitas" yang unik kepada masing-masing Orang yang kemudian dinamakan "Bakat". Kalau saja setiap manusia bisa menemukan "bakat"-nya masing-masing, berarti bahwa kita bisa menemukan "jalan" sukses masing-masing.
Dan untuk bisa mendapat tiket masuk ke jalan tersebut, dibutuhkan "Do'a Ibu", karena Ibu memiliki kedudukan yang sangat tinggi di mata Allah.
Kenanglah Ibu yang menyayangimu... Untuk ibu yang selalu meneteskan air mata ketika kita pergi...
Ingatkah engkau, ketika ibumu rela tidur tanpa selimut demi melihatmu, tidur nyenyak dengan dua selimut membalut tubuhmu...
Ingatkah engkau ketika jemari ibu mengusap lembut kepalamu..?
Dan ingatkah engkau ketika air mata menetes dari mata ibumu ketika ia melihatmu terbaring sakit..?
Sesekali jenguklah ibumu yang selalu menantikan kepulanganmu di rumah tempat kau dilahirkan.
Kembalilah memohon maaf pada ibumu yang selalu rindu akan senyumanmu.
Simpanlah sejenak kesibukan-kesibukan duniawi yang selalu membuatmu lupa untuk pulang.
Segeralah jenguk ibumu yang berdiri menantimu di depan pintu bahkan sampai malampun kian larut.
Jangan biarkan engkau kehilangan saat yang akan kau rindukan di masa datang ketika ibu telah tiada...
Tak ada lagi yang berdiri di depan pintu menyambut kita...
Tak ada lagi senyuman indah tanda bahagia...
Yang ada hanyalah kamar yang kosong tiada penghuninya.
Yang ada hanyalah baju yang digantung di lemari kamarnya.
Tak ada lagi yang menyiapkan sarapan pagi untukmu makan...
Tak ada lagi yang rela merawatmu sampai larut malam ketika engkau sakit...
Tak ada lagi dan tak ada lagi yang meneteskan air mata mendo'akanmu di setiap hembusan nafasnya...
Kembalilah segera...
Peluklah ibu yang selalu menyayangimu...
Ciumlah kaki ibu yang selalu merindukanmu dan berikanlah yang terbaik di akhir hayatnya.
Sahabat... berdo'alah untuk kesehatannya dan rasakanlah pelukan cinta dan kasih sayangnya.
Jangan biarkan engkau menyesal di masa datang, kembalilah pada ibu yang selalu menyayangimu...
Kenanglah semua cinta dan kasih sayangnya...
Ibu... maafkan aku...
Sampai kapanpun jasamu tak akan terbalas.


"Sepucuk Surat dari Teman Jauh"